Kamis, 03 Desember 2015

PENGEMBANGAN EMPATI AUD


PENGEMBANGAN EMPATI AUD

1.      PENGERTIAN EMPATI

Pengertian Empati adalah proses kejiwaan seseorang individu larut dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka, dan seolah-olah merasakan atupun mengalami apa yang dirasakan atu dialami oleh orang tersebut. Empati merupakan kelanjutan dari sikap simpati, yaitu perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya itu. Contohnya, Danang merasa sangat bersedih dan terharu ketika melihat Wawan temannya harus bekerja di malam hari untuk membayar biaya sekolahnya. ia seolah-olah merasakan beban yang harus dipikul oleh Wawan. Oleh karena itu, Danang sering membantu Wawan.

Empati adalah kemampuan untuk menyadari perasaan orang lain dan bertindak (sesuai) untuk membantu. Konsep Empati terkait erat dengan rasa iba dan kasih sayang. Empati merupakan kemampuan mental untuk memahami dan berempati dengan orang lain, apakah orang diempati setuju atau tidak tetapi disini memiliki niat untuk membantu.

Dalam penelitian empati merupakan fenomena kompleks yang tidak memiliki definisi sederhana. Empati dipelajari dalam psikologi sosial, psikologi kognitif dan neuroscience. Empati adalah proses mental yang kompleks yang melibatkan
(1) apa yang dirasakan oleh orang lain (empati afektif)
(2) bagaimana menempatkan diri sebagai orang lain(empati kognitif), dan
(3) menjadi orang lain yang merasakan (diri sendiri / lainnya) (empati akurasi).

Ketiga mekanisme dianggap saling terkait dan tergantung satu sama lain maka empati pun terjadi. Dalam proses empati maka ada hubungan yang saling berinteraksi antara penularan emosi, pengambilan perspektif dan akurasi empati satu sama lain untuk menghasilkan respon adaptif sosial.

Empati berasal dari bahasa Yunani yaitu Emphatia yang berarti gairah atau ketertarikan fisik yang mengacu pada kemampuan pikiran, emosi, niat dan ciri-ciri kepribadian dari orang lain dan memahami apa yang diinginkan.

Empati mencakup respon tersendiri terhadap perasaan orang lain, seperti rasa kasihan, kesedihan, rasa sakit. Empati memainkan peranan penting dalam berbagai bidang ilmu, kriminologi dari psikologi, fisiologi, pedagogi, filsafat, kedokteran dan psikiatri. Dalam empati terdapat rasa keterlibatan emosional seseorang dalam realitas yang mempengaruhi orang lain lain.

Beberapa studi menunjukkan adanya sifat-sifat yang berhubungan dengan empati pada beberapa hewan bukan manusia, seperti tikus atau primata lainnya. Dalam pengertian ini, bisa dijelaskan bahwa empati berasal dari mekanisme saraf dasar yang dikembangkan selama evolusi.

Keadaan empati, atau pemahaman empatik merupakan cara untuk memahami kerangka acuan internal lain dengan memaknai komponen emosional yang dikandungnya, seperti yang dirasakan orang lain, dengan kata lain, menempatkan diri di tempat lain, seperti "seolah-olah menjadi."

Seseorang bisa berempati dengan orang lain dengan cara memberikan kontribusi untuk memahami emosi orang lain dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Tanpa bicara empati pun bisa dipahami satu sama lain atau dengan ketidaksepakatan pun empati akan muncul. Empati bisa muncul dari pesan verbal dan non-verbal dalam 'membaca' atau pemahaman dari orang lain. Empati tidak sama dengan altruisme.

2. CIRI-CIRI PENGEMBANGAN EMPATI
*Mampu menerima sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri. Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kemampuan untuk menerima sudut pandang orang lain dan pemahaman terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat sehingga ia akan mampu memberikan perlakuan dengan cara yang tepat.
*Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan non verbal yang ditampakkan, misalnya nada bicara, gerak-gerik dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering diasah akan dapat membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain, bukan sekedar pengakuan saja.
*Mampu mendengarkan orang lain
Mendengarkan merupakan sebuah ketrampilan yang perlu dimiliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap mau mendengar memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan orang lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan yang terjadi.
3.TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN EMPATI.
Empati sebagai kemampuan untuk manusia telah tampak sejak awal kehidupan. Potensi ini akan berkembang sejalan dengan peningkatan usia anak melalui lingkungan. Perkembangan empati anak perlu mendapatkan stimulasi sesuai perkembangannya. Contohnya saja bayi baru lahir merespon tangis bayi lain dengan menangis sendiri. ( oatley da jennkins, 1996 ). Tangis yang ditampilkan merupakan respon empati dasar untuk perkembangan empati mereka lebih lanjut. Empati ini disebut Empati global (hoffiman, dalam Oatley and Jennkins, 1996) : Shapiro, 1997 dan Pratiwi, dkk.1997 ).
dengan empati, anak akan mengerti bahwa tidak semua keinginannya melalui orang lain dapat terpenuhi. Dengan empati anak akan mampu membina hubungan dan diterima oleh orang lain. anak dapat diajarkan untuk berempati kepada orang lain sejak dini. Usia balita merupakan usia yang paling tepat menanamkan sikap empati. ”Justru empati ini harus dilatih sejak kanak-kanak. Hal ini akan memicu anak untuk memiliki pengertian terhadap perasaan orang lain,”
Pada dasarnya setiap anak sudah memiliki kepekaan (empati) masing-masing pada dirinya, hanya hal tersebut tergantung bagaimana cara si anak maupun orangtua mengasahnya. Dengan demikian, terbentuk karakter yang baik. Oleh karena itu, orangtua ataupun guru sangat dianjurkan untuk menanamkan sifat empati kepada anak. Bibit empati sebenarnya sudah terlihat sejak si bayi lahir. Orangtua mungkin pernah melihat dua orang bayi di dalam satu ruangan. Ketika salah satunya mulai menangis, bayi yang lain seolah-olah terdorong untuk bereaksi sama. Ini menunjukkan empati, meski masih dalam bentuk yang paling dasar. Mereka mampu berbagi emosi dengan orang lain. Saat menjelang usia satu tahun bentuk empati itu semakin nyata.
secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak ia masih bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya, pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis. Barulah di usia 1- 2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. ”Malahan pada sebagian besar anak balita, secara naluriah ia mencoba meringankan penderitaan orang lain,” , hanya perkembangan kognitif atau intelektualnya belum matang, maka anak menunjukkan kebingungan empatik. ”Contohnya, ketika balita melihat temannya menangis, mula-mula ia bingung dan hampir ikut menangis. Tetapi, kemudian ia mendekati temannya dan mulai menghiburnya,
Carolyn membagi tahap perkembangan empati anak usia satu tahun ke dalam tiga golongan usia. Golongan pertama, yaitu anak usia 13-15 bulan. Lebih dari setengah responden batita mencoba memeluk, menepuk, atau menyentuh orang lain yang sedang kesusahan. Para peneliti menyebut perilaku ini sebagai perilaku pro-sosial.
Artinya, mereka tidak hanya merespons emosi yang dilihat, tetapi juga mencoba untuk membantu orang lain merasa lebih baik. Tidak berarti batita menunjukkan empati setiap saat. Hal ini menandakan gejala awal empati,” Kemudian golongan kedua, yaitu anak usia 18-20 bulan. Perilaku pro-sosial batita semakin bertambah. Cara mereka menunjukkan perilaku ini juga semakin bervariasi. Beberapa dari responden memberikan respons verbal. Ada juga yang membagi barang miliknya, membawakan plester atau selimut, dan membantu dengan cara lain. Terakhir, golongan anak usia 23-25 bulan. Batita menunjukkan perilaku lebih dari sekadar empati. Mereka memperlihatkan perhatian dan membantu orang lain tanpa diminta oleh ibu atau pengasuh.
Tahap – tahap perkembangan empati berlangsung sekitar usia satu sampai dua tahun. Umumnya pada pertengahan tahun kedua seorang anak, ia akan mampu menunjukkan kasih sayang yang nyata pada orang lain, Pada usia ini anak sudah mulai menyadari kesusahan orang lain namun mereka mereaksikan sebagai kesusahan diri mereka sendiri. Di usia tiga sampai empat tahun anak sudah mulai menunjukkan perasaan empati dan mengerti  terhadap anak lain dan orang dewasa ( Curtis, 1998 : 40 ). Disisi lain Borke mengatakan bahwa anak usia tiga tahun dapat mengerti perasaan orang lain  dan semua anak usia lima tahun dapat menunjukkan gambar orang dewasa dan anak dalam situasi yang sulit.
Pada pra sekolah (sekitar usia 4-5 tahun) anak-anak yang agresif dan perusuh menunjukkan rasa peduli yang sama dengan teman-teman mereka. Beberapa tahun kemudian anak-anak dengan masalah perilaku baru menunjukkan kepedulian yang kurang terhadap si orang dewasa yang terluka.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARIHI EMPATI.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses empati, antara lain :
a.       Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain.
b.      Perkembangan kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang mengarah kepada kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (berbeda)
c.       Mood dan Feeling
Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan perilaku orang lain
d.      Situasi dan tempat
Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang lain.
e.       Komunikasi
Pengungkapan empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan dalam proses empati.

1 komentar:

  1. The Casino Roll - Reviews, Ratings & Games - Casino Roll
    A detailed review 호날두 주니어 of the 암호 화폐 란 casino, including information 게임 사 about bonuses, 트 위치 룰렛 games, deposit 10bet options, and promotions. Rating: 4.1 · ‎2 reviews

    BalasHapus