PERKEMBANGAN
SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN
1. PENGRTIAN
BERMAIN
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan
kemampuan anak usia dini sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh
dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan
yang ada. Selain itu bermain juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak baik secara fisik, social emosional, intelektual maupun kreativitasnya.
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa
bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan
kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.
Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah,
tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima
pengertian bermain :
- Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
- Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
- Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
- Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
- Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Sebagaimana usia kanak – kanak merupakan fase golden age
dimana di fase ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik
menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya,
serta emosional dan intelektualnya. anak mulai belajar mengembangkan
kemampuan bahasa dan sosialnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan
masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya.
Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal
apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak
kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu,
kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara bermain aktif
yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan
emosional, bukan teori akademik.
Bermain menurut Mayesty adalah kegiatan yang anak-anak
lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah
permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja.
Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya
dimanapun mereka memiliki kesempatan. Piaget dalam Mayesty mengatakan bahwa
bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan
kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan
Fleer memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosiaisasi, diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan
bermain dapat membantu anak mengenal tentang dirinya, dengan siapa dia hidup
serta lingkungan tempat dimana dia hidup.
Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang
“tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan
tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”. Sedangkan menurut
Dockett dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak,
karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan aktivitas yang khas dan
sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalui
dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Beberapa teori klasik dan
modern tentang bermain yang dapat dibuat sebuah bagan sebagai berikut
Berdasarkan pengertian bermain diatas, dapat di uraikan
bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh anak pada hakikatnya adalah bermain
yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap anak, baik itu bertujuan ataupun tanpa
tujuan, yang didalamnya mengandung berbagai unsur kesenangan dan kegembiraan.
Dalam bermain juga banyak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan
seluruh potensi dalam dirinya dan menggali kekuatan yang ada dalam diri
2. FUNGSI
BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL
Fungsi bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan
hasil penelitian para ahli mengemukakan bahwa bermain mempunyai arti sebagai
berikut ini: dengan bermain anak memperoleh kesempatan mengembangkan
potensi-potensi yang ada padanya dan memberikan peluang bagi anak untuk
berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilakunya.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting.
Dapat di katakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk
bermain dan hampir sebagian waktunya di gunakan untuk bermain karena bagi anak
bermain merupakan suatu kebutuhan yang penting agar anak dapat berkembang
secara wajar dan utuh, menjadi orang dewasa yang mampu menyesuaikan dan
membangun dirinya menjadi pribadi yang matang dan mandiri,dan dengan bermain
anak juga bisa tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang ada
pada dirinya.
Bermain juga berfungsi sebagai terapi dalam kehidupan anak karena
dengan bermain anak akan merasa senang dan menimbulkan kepuasan pada anak,
melalui bermain anak memperoleh kesempatan menemukan serta bereksperimen dengan
alam sekitar. contoh: ketika anak mengamati tanaman yang tumbuh, maka anak akan
memperoleh kesempatan pengalaman yang makin memperjelas hal-hal yang mereka
pelajari di kelas atau di rumah.
Nilai bermain bagi perkembangan kognitif vygotsky(1976). Menyatakan
bahwa ada hubungan yang erat antara bermain dan perkembangan kognitif. Bermain
merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian,
percobaan, untuk berkreasi, menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka
menggambar, bermain air, bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain
balok. Minat, daya konsentrasi, inisiatif, daya imajinasi dan daya kreasi serta
daya fantasi anak dapat di pupuk pula melalui bermain bebas.
Ada beberapa tahap-tahap perkembangan bermain menurut piaget:
Sensory motor play adalah bermain yang mengandalkan indera dan
gerakan-gerakan tubuh usia 3 atau 4 bulan – 24 bulan. Bermain di mulai pada
periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan
atau kegiatan anak belum dapat di kategorikan bermain, sejak usia 3-4 bulan
kegiatan anak lebih terkoordinasi dan belajar dari pengalamannya, pada usia 18
bulan baru tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak.
Symbolic atau make believe play(usia 2 tahun- 7 tahun). Periode pra
operasional yang terjadi antara 2-7 tahun dapat di kategorikan symbolic,
tandanya ialah anak dapat bermain khayal dan bermain pura-pura, pada masa ini
anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan
Social play games with rules(8 tahun- 11 tahun). Dalam bermain pada
tahap yang tertinggi, penggunaan symbol lebih banyak di warnai oleh nalar dan
logika yang bersifat objektif. Sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat
dalam kegiatan games with rules.
Games with rules and sport (11 tahun ke atas). Kegiatan bermain ini
masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih
ketat.
Jadi, bermain bagi anak merupakan proses belajar yang menyenangkan
bagi anak karena bermain dapat membantu anak mengenal dunianya, mengembangkan
konsep-konsep baru, mengambil resiko, meningkatkan keterampilan social anak dan
dapat membentuk prilaku anak.
3. BENTUK
PERMAINAN YANG MENDORAONG PERKEMBANGAN SOSIAL AUD
1.
Bermain Fungsional (Functional Play)
Bermain seperti ini biasanya tampak
pada anak berusia 1-2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan
bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya:
berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan,
mengolah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan
yang semacamnya.
2.
Bermain Bangun Membangun (Constructive Play)
Bermain membangun sudah dapat
terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan
bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya: membuat
rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun
kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.
3.
Bermain Pura-pura (Make-believe Play)
Kegiatan bermain pura-pura mulai
banyak dilakukan anak berusia 3-7 tahun. Dalam bermain pura-pura anak menirukan
kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga
anak melakukan peran imajinatif memainkan tokoh yang dikenalnya melalui film
kartun atau dongeng. Misalnya: main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi
batman atau ksatria baja hitam.
4.
Permainan dengan peraturan (Games with Rules)
Kegiatan jenis ini umumnya sudah
dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini, anak
sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada
awalhya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak
memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang
terlibat dalam permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan
umumnya. Misalnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga,
monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar