Kamis, 03 Desember 2015

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN



PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN

1.      PENGRTIAN BERMAIN

Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak usia dini sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang ada. Selain itu bermain juga dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik, social emosional, intelektual maupun kreativitasnya.
Menurut Singer (dalam Kusantanti, 2004) mengemukakan bahwa bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain :
  1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
  2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik
  3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak
  4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
  5. Memilikii hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya
Sebagaimana usia kanak – kanak merupakan fase golden age dimana di fase ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya.  anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan sosialnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya.
Seluruh potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila disirami suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak kekerasan, sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu, kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik.
Bermain menurut Mayesty adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Piaget dalam Mayesty mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan Parten dalam Dockett dan Fleer memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosiaisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang dirinya, dengan siapa dia hidup serta lingkungan tempat dimana dia hidup.
Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar”. Sedangkan menurut Dockett dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalui dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir. Beberapa teori klasik dan modern tentang bermain yang dapat dibuat sebuah bagan sebagai berikut
Berdasarkan pengertian bermain diatas, dapat di uraikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh anak pada hakikatnya adalah bermain yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap anak, baik itu bertujuan ataupun tanpa tujuan, yang didalamnya mengandung berbagai unsur kesenangan dan kegembiraan. Dalam bermain juga banyak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan seluruh potensi dalam dirinya dan menggali kekuatan yang ada dalam diri

2.      FUNGSI BERMAIN DALAM PERKEMBANGAN SOSIAL
Fungsi bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan hasil penelitian para ahli mengemukakan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut ini: dengan bermain anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya dan memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilakunya.
Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat di katakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain dan hampir sebagian waktunya di gunakan untuk bermain karena bagi anak bermain merupakan suatu kebutuhan yang penting agar anak dapat berkembang secara wajar dan utuh, menjadi orang dewasa yang mampu menyesuaikan dan membangun dirinya menjadi pribadi yang matang dan mandiri,dan dengan bermain anak juga bisa tumbuh dan mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya.
Bermain juga berfungsi sebagai terapi dalam kehidupan anak karena dengan bermain anak akan merasa senang dan menimbulkan kepuasan pada anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan menemukan serta bereksperimen dengan alam sekitar. contoh: ketika anak mengamati tanaman yang tumbuh, maka anak akan memperoleh kesempatan pengalaman yang makin memperjelas hal-hal yang mereka pelajari di kelas atau di rumah.
Nilai bermain bagi perkembangan kognitif vygotsky(1976). Menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara bermain dan perkembangan kognitif. Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian, percobaan, untuk berkreasi, menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air, bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok. Minat, daya konsentrasi, inisiatif, daya imajinasi dan daya kreasi serta daya fantasi anak dapat di pupuk pula melalui bermain bebas.
Ada beberapa tahap-tahap perkembangan bermain menurut piaget:
Sensory motor play adalah bermain yang mengandalkan indera dan gerakan-gerakan tubuh usia 3 atau 4 bulan – 24 bulan. Bermain di mulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat di kategorikan bermain, sejak usia 3-4 bulan kegiatan anak lebih terkoordinasi dan belajar dari pengalamannya, pada usia 18 bulan baru tampak adanya percobaan-percobaan aktif pada kegiatan bermain anak.
Symbolic atau make believe play(usia 2 tahun- 7 tahun). Periode pra operasional yang terjadi antara 2-7 tahun dapat di kategorikan symbolic, tandanya ialah anak dapat bermain khayal dan bermain pura-pura, pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan
Social play games with rules(8 tahun- 11 tahun). Dalam bermain pada tahap yang tertinggi, penggunaan symbol lebih banyak di warnai oleh nalar dan logika yang bersifat objektif. Sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules.
Games with rules and sport (11 tahun ke atas). Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat.
Jadi, bermain bagi anak merupakan proses belajar yang menyenangkan bagi anak karena bermain dapat membantu anak mengenal dunianya, mengembangkan konsep-konsep baru, mengambil resiko, meningkatkan keterampilan social anak dan dapat membentuk prilaku anak.

3.      BENTUK PERMAINAN YANG MENDORAONG PERKEMBANGAN SOSIAL AUD
1.      Bermain Fungsional (Functional Play)
Bermain seperti ini biasanya tampak pada anak berusia 1-2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan. Misalnya: berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengolah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya.

2.      Bermain Bangun Membangun (Constructive Play)
Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3-6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. Misalnya: membuat rumah-rumahan dengan balok kayu atau potongan lego, menggambar, menyusun kepingan-kepingan kayu bergambar dan yang semacamnya.

3.      Bermain Pura-pura (Make-believe Play)
Kegiatan bermain pura-pura mulai banyak dilakukan anak berusia 3-7 tahun. Dalam bermain pura-pura anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga anak melakukan peran imajinatif memainkan tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya: main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi batman atau ksatria baja hitam.

4.      Permainan dengan peraturan (Games with Rules)
Kegiatan jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan anak usia 6-11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini, anak sudah memahami dan bersedia mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalhya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permaina, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya: main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar